Selasa, 02 November 2010

GUNUNG MERAPI

GEOGRAFIS GUNUNG MERAPI

Merapi adalah nama sebuah gunung merapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta,Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m.

 Lokasi : Klaten,Boyolali,Magelang (Jawa Tengah),Sleman (DI Yogyakarta)
Koordinat :7°32'30" LS110°26'30" BT

Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung merapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di Zona Subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu.

JURU KUNCI MERAPI

SULTAN HB IX memberinya nama resmi Mas Penewu Surakso Hargo. Artinya, sang Penjaga Gunung. Nama populernya Mbah Marijan. Menyebut namanya, benak langsung terasosiasi dengan sosok renta.
Seorang yang selama 28 tahun menjabat juru kunci Gunung Merapi tapi bersahaja, walau popularitas, rating, dan awareness-nya sebagai brand begitu luar biasa. Sosok yang hidupnya sarat teladan berbasis falsafah Jawa.
Yang hingga akhir hayatnya memberikan keteladanan kepada kita tentang yang disebut berkomitmen, berdedikasi.
Atas tanggung jawab dan amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menugasinya sejak 1970 sebagai abdi dalem dengan gaji hanya Rp 5 ribu per bulan, namun tetap menjaga martabat untuk menjaga, memelihara, dan berkomunikasi
dengan penunggu gunung teraktif sejagat itu demi ke seimbangan tatanan kosmis. Terbukti, jangankan menyerah, bahkan hingga akhir hayatnya, selama 28 tahun tu gasnya, Mbah Marijan tetap tak beringsut dari pos, jabatan, dan tanggung jawab tugasnya menjaga gunung yang dipercaya menjadi sentral kekuatan jagat tanah Jawa itu.
Ketika Merapi kembali aktif akhir pekan silam, tak banyak yang hirau. Maklum, sebagai gunung yang tercatat paling aktif
di dunia, hampir dua tahun sekali, rutin terjadi erupsi. Tapi, ketika pria kelahiran Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman, 83 tahun lalu ini ditemukan tewas terpanggang dalam posisi sujud –sikap penghormatan dan tirakat kepada kekuatan Sang Maha Perkasa– hampir tak ada media yang tak mewartakannya. Hingga saat ini yang berwenang untuk mengangkat sang juru kunci adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Penguasa Keraton Yogyakarta,Sri Sultan Hamengku Bowono X  mengatakan belum memiliki kandidat Juru kunci merapi.Tokoh masyarakat Desa Kepuharjo,Kecamatan cangkringan,kabupaten sleman,Mbah Ponimin juga belum tentu menggantikan posisi mbeh marijan.

AKTIFITAS GUNUNG MERAPI
selasa,09 november 2010,15:15 WIB


Gunung Merapi mengeluarkan material abu vulkanik. (AP Photo)
TEMPO Interaktif, Yogyakarta -  Aktivitas Gunung Merapi berkurang sejak Senin (8/11) malam hingga Selasa (9/11). Tidak ada peningkatan secara signifikan dalam aktivitas kegempaannya. “Memang aktivitas agak mereda sejak semalam. Seismograf tidak menunjukkan over skill. Tapi itu belum tentu berakhir,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian Yogyakarta Subandrio dalam pertemuan bersama Forum Legislator DIY di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana Yogyakarta, Selasa (9/11).

Status Merapi saat ini masih awas dan zona aman masih pada radius di atas 20 kilometer. Meski demikian, Subandrio mengingatkan, bahwa masa jeda seperti saat ini biasanya justru masa di mana Merapi mengumpulkan energi. “Karena injeksi magmanya sangat cepat. Jadi jangan kaget kalau kemudian terjadi letusan yang besar,” kata Subandrio.

Bahkan kecepatan penambahan magma di perut Merapi bisa mencapai 25 meter kubik per detik.


Berikut kronologis letusan Gunung Merapi yang terjadi Selasa sore hingga menjelang malam.

1. Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit
2. Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit
3. Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit
4. Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit
5. Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit
6. Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit
7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo
8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman
9. Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit
10. Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit
11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
13. Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggar.

DAMPAK POSITIFNYA

- Tanah di sekitar gunung berapi menjadi subur
- Banyak ditumbuhi pepohonan
- Kawah merapi dapat dijadikan objek wisata
- Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian.

 DAMPAK NEGATIFNYA

Efek Negatif Abu Letusan Gunung Bagi Kesehatan
AbU vulkanik akibat letusan gunung merapi terus beterbangan ke berbagai daerah di sekitar gunung tersebut. Masyarakat sebaiknya mewaspadai abu ini karena bisa mengganggu kesehatan pernapasan, mata, dan kulit.
Setelah meletus pada Selasa (26/10) lalu, letusan susulan Gunung Merapi terus terjadi. Sabtu (30/10) malam, lagi-lagi gunung teraktif di dunia ini mengeluarkan awan panasnya. Disusul letusan berikutnya pada Senin (1/11). Tak hanya korban harta dan nyawa, meletusnya Gunung Merapi juga membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Abu vulkanik dari Gunung Merapi yang terbawa angin ke berbagai arah hingga banyak membahayakan warga sekitar, terutama pada kesehatan. Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Dikatakan oleh ahli kesehatan paru dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang, Dr Thahri Iskandar SpP, pada prinsipnya sewaktu letusan gunung itu terjadi, berbagai macam batu-batuan dikeluarkan. “Kandungan yang terdapat dalam abu vulkanik sangat variatif,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.
Thahri mengatakan, apabila dibagibagi, maka kandungan dalam abu vulkanik tersebut terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus gembel. “Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya paru-paru,” ungkapnya.
Masih dijelaskan Thahri, saat menyerang pernapasan, dampak yang terjadi pun bisa beragam. Misalnya saja saat menyerang kepada orang yang sebelumnya sehat, maka bergantung seberapa besar debu itu menyerang seseorang. “Posisi juga menentukan seberapa besar abu tersebut masuk ke dalam pernapasan kita,” ungkapnya.
Nah, jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi, bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.
Apabila awan tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan panas, maka bisa sebabkan hujan asam yang juga membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan. “Namun, jika seseorang berada dalam posisi yang jauh, otomatis dampak pada kesehatan pun akan berkurang atau gejalanya lebih ringan,” sebutnya.
Berbeda halnya dengan seseorang yang sudah bermasalah pada paru-paru, seperti pada penderita asma misalnya. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan kumat. “Abu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma,” paparnya.
Kita semua tahu bahwa asma adalah penyakit yang sifatnya terjadi terusmenerus yang biasanya terjadi apabila terdapat pencetusnya. Dalam hal ini, abu gunung menjadi salah satu pencetus asma yang kuat sehingga yang terjadi pada penderita asma biasanya adalah bengek yang bisa muncul kapan saja saat terpapar abu vulkanik.
Selain asma, abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi seseorang yang sudah menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit yang disebabkan gas atau asap yang beracun dan berbahaya.
Di Indonesia yang disebut sebagai gas atau asap berbahaya yang paling banyak adalah asap rokok, bahkan penyakit ini disebut sebagai penyakit asap rokok karena dominasi yang terlalu besar oleh asap rokok yang menyebabkan penyakit ini muncul. Semakin banyak terpapar asap rokok, semakin tinggi risiko.
“Orang normal saja jika terpapar cukup kuat sangat terpengaruh pada kesehatannya. Apalagi orang yang sebelumnya dengan riwayat penyakit pernapasan,” ujar Thahir.
Khusus untuk anak-anak yang terpapar abu vulkanik, mereka akan lebih sensitif dibandingkan dengan orang dewasa karena pernapasan pada anak-anak sedang dalam pertumbuhan. Misalnya saja jika anak jajan terlalu manis, mereka akan lebih cepat batuk karena terlalu sensitif pada makanan yang dikonsumsinya. Untuk orang yang sudah punya penyakit paru sebelumnya, begitu ada keluhan, segera hubungi ahli paru secepatnya.
Dikatakan oleh spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Dr Agus Dwi Susanto SpP, abu vulkanik sangat mengganggu kesehatan manusia terkait dengan berbagai hal, terutama paru, mata, dan kulit.
“Secara umum, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam,” ujar staf pengajar dari Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan ilmu kedokteran Respirasi FKUI/RSCM.
Dijelaskan olehnya, iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Namun jika fasenya lebih lanjut, maka bisa menyebabkan sakit tenggorokan, timbunan dahak, sesak napas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila seseorang sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit pernapasan. “Penyakit tersebut bisa terjadi, jika kejadiannya terus-menerus dan bertahun-tahun,” tegasnya.
Masih dijelaskan Agus, akibat lanjutan dari iritasi saluran napas yang terjadi adalah meningkatnya risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang, bisa terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang berisiko terjadinya silikosis.
Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit bisa terbakar karena abu vulkanik. “Hindari paparan debu vulkanik dan pergi jauh dari sumber abu vulkanik,” pesannya.
Agus berpesan agar masyarakat sekitar yang terpapar abu vulkanik untuk terus memproteksi diri dari bahaya, seperti menggunakan masker yang aman. Pilih masker respirator yang bisa menyaring partikel-partikel kecil agar debu tidak bisa masuk dari samping. “Masker biasa tipis sehingga tidak bisa memproteksi 100 persen. Walaupun begitu, masker tetap direkomendasikan sebagai alat pelindung diri,







Selasa, 02 November 2010

GUNUNG MERAPI

0 komentar
GEOGRAFIS GUNUNG MERAPI

Merapi adalah nama sebuah gunung merapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta,Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m.

 Lokasi : Klaten,Boyolali,Magelang (Jawa Tengah),Sleman (DI Yogyakarta)
Koordinat :7°32'30" LS110°26'30" BT

Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung merapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di Zona Subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu.

JURU KUNCI MERAPI

SULTAN HB IX memberinya nama resmi Mas Penewu Surakso Hargo. Artinya, sang Penjaga Gunung. Nama populernya Mbah Marijan. Menyebut namanya, benak langsung terasosiasi dengan sosok renta.
Seorang yang selama 28 tahun menjabat juru kunci Gunung Merapi tapi bersahaja, walau popularitas, rating, dan awareness-nya sebagai brand begitu luar biasa. Sosok yang hidupnya sarat teladan berbasis falsafah Jawa.
Yang hingga akhir hayatnya memberikan keteladanan kepada kita tentang yang disebut berkomitmen, berdedikasi.
Atas tanggung jawab dan amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menugasinya sejak 1970 sebagai abdi dalem dengan gaji hanya Rp 5 ribu per bulan, namun tetap menjaga martabat untuk menjaga, memelihara, dan berkomunikasi
dengan penunggu gunung teraktif sejagat itu demi ke seimbangan tatanan kosmis. Terbukti, jangankan menyerah, bahkan hingga akhir hayatnya, selama 28 tahun tu gasnya, Mbah Marijan tetap tak beringsut dari pos, jabatan, dan tanggung jawab tugasnya menjaga gunung yang dipercaya menjadi sentral kekuatan jagat tanah Jawa itu.
Ketika Merapi kembali aktif akhir pekan silam, tak banyak yang hirau. Maklum, sebagai gunung yang tercatat paling aktif
di dunia, hampir dua tahun sekali, rutin terjadi erupsi. Tapi, ketika pria kelahiran Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman, 83 tahun lalu ini ditemukan tewas terpanggang dalam posisi sujud –sikap penghormatan dan tirakat kepada kekuatan Sang Maha Perkasa– hampir tak ada media yang tak mewartakannya. Hingga saat ini yang berwenang untuk mengangkat sang juru kunci adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Penguasa Keraton Yogyakarta,Sri Sultan Hamengku Bowono X  mengatakan belum memiliki kandidat Juru kunci merapi.Tokoh masyarakat Desa Kepuharjo,Kecamatan cangkringan,kabupaten sleman,Mbah Ponimin juga belum tentu menggantikan posisi mbeh marijan.

AKTIFITAS GUNUNG MERAPI
selasa,09 november 2010,15:15 WIB


Gunung Merapi mengeluarkan material abu vulkanik. (AP Photo)
TEMPO Interaktif, Yogyakarta -  Aktivitas Gunung Merapi berkurang sejak Senin (8/11) malam hingga Selasa (9/11). Tidak ada peningkatan secara signifikan dalam aktivitas kegempaannya. “Memang aktivitas agak mereda sejak semalam. Seismograf tidak menunjukkan over skill. Tapi itu belum tentu berakhir,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian Yogyakarta Subandrio dalam pertemuan bersama Forum Legislator DIY di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana Yogyakarta, Selasa (9/11).

Status Merapi saat ini masih awas dan zona aman masih pada radius di atas 20 kilometer. Meski demikian, Subandrio mengingatkan, bahwa masa jeda seperti saat ini biasanya justru masa di mana Merapi mengumpulkan energi. “Karena injeksi magmanya sangat cepat. Jadi jangan kaget kalau kemudian terjadi letusan yang besar,” kata Subandrio.

Bahkan kecepatan penambahan magma di perut Merapi bisa mencapai 25 meter kubik per detik.


Berikut kronologis letusan Gunung Merapi yang terjadi Selasa sore hingga menjelang malam.

1. Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit
2. Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit
3. Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit
4. Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit
5. Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit
6. Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit
7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo
8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman
9. Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit
10. Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit
11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
13. Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggar.

DAMPAK POSITIFNYA

- Tanah di sekitar gunung berapi menjadi subur
- Banyak ditumbuhi pepohonan
- Kawah merapi dapat dijadikan objek wisata
- Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian.

 DAMPAK NEGATIFNYA

Efek Negatif Abu Letusan Gunung Bagi Kesehatan
AbU vulkanik akibat letusan gunung merapi terus beterbangan ke berbagai daerah di sekitar gunung tersebut. Masyarakat sebaiknya mewaspadai abu ini karena bisa mengganggu kesehatan pernapasan, mata, dan kulit.
Setelah meletus pada Selasa (26/10) lalu, letusan susulan Gunung Merapi terus terjadi. Sabtu (30/10) malam, lagi-lagi gunung teraktif di dunia ini mengeluarkan awan panasnya. Disusul letusan berikutnya pada Senin (1/11). Tak hanya korban harta dan nyawa, meletusnya Gunung Merapi juga membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Abu vulkanik dari Gunung Merapi yang terbawa angin ke berbagai arah hingga banyak membahayakan warga sekitar, terutama pada kesehatan. Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Dikatakan oleh ahli kesehatan paru dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang, Dr Thahri Iskandar SpP, pada prinsipnya sewaktu letusan gunung itu terjadi, berbagai macam batu-batuan dikeluarkan. “Kandungan yang terdapat dalam abu vulkanik sangat variatif,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.
Thahri mengatakan, apabila dibagibagi, maka kandungan dalam abu vulkanik tersebut terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus gembel. “Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya paru-paru,” ungkapnya.
Masih dijelaskan Thahri, saat menyerang pernapasan, dampak yang terjadi pun bisa beragam. Misalnya saja saat menyerang kepada orang yang sebelumnya sehat, maka bergantung seberapa besar debu itu menyerang seseorang. “Posisi juga menentukan seberapa besar abu tersebut masuk ke dalam pernapasan kita,” ungkapnya.
Nah, jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi, bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.
Apabila awan tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan panas, maka bisa sebabkan hujan asam yang juga membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan. “Namun, jika seseorang berada dalam posisi yang jauh, otomatis dampak pada kesehatan pun akan berkurang atau gejalanya lebih ringan,” sebutnya.
Berbeda halnya dengan seseorang yang sudah bermasalah pada paru-paru, seperti pada penderita asma misalnya. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan kumat. “Abu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma,” paparnya.
Kita semua tahu bahwa asma adalah penyakit yang sifatnya terjadi terusmenerus yang biasanya terjadi apabila terdapat pencetusnya. Dalam hal ini, abu gunung menjadi salah satu pencetus asma yang kuat sehingga yang terjadi pada penderita asma biasanya adalah bengek yang bisa muncul kapan saja saat terpapar abu vulkanik.
Selain asma, abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi seseorang yang sudah menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit yang disebabkan gas atau asap yang beracun dan berbahaya.
Di Indonesia yang disebut sebagai gas atau asap berbahaya yang paling banyak adalah asap rokok, bahkan penyakit ini disebut sebagai penyakit asap rokok karena dominasi yang terlalu besar oleh asap rokok yang menyebabkan penyakit ini muncul. Semakin banyak terpapar asap rokok, semakin tinggi risiko.
“Orang normal saja jika terpapar cukup kuat sangat terpengaruh pada kesehatannya. Apalagi orang yang sebelumnya dengan riwayat penyakit pernapasan,” ujar Thahir.
Khusus untuk anak-anak yang terpapar abu vulkanik, mereka akan lebih sensitif dibandingkan dengan orang dewasa karena pernapasan pada anak-anak sedang dalam pertumbuhan. Misalnya saja jika anak jajan terlalu manis, mereka akan lebih cepat batuk karena terlalu sensitif pada makanan yang dikonsumsinya. Untuk orang yang sudah punya penyakit paru sebelumnya, begitu ada keluhan, segera hubungi ahli paru secepatnya.
Dikatakan oleh spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Dr Agus Dwi Susanto SpP, abu vulkanik sangat mengganggu kesehatan manusia terkait dengan berbagai hal, terutama paru, mata, dan kulit.
“Secara umum, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam,” ujar staf pengajar dari Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan ilmu kedokteran Respirasi FKUI/RSCM.
Dijelaskan olehnya, iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Namun jika fasenya lebih lanjut, maka bisa menyebabkan sakit tenggorokan, timbunan dahak, sesak napas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila seseorang sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit pernapasan. “Penyakit tersebut bisa terjadi, jika kejadiannya terus-menerus dan bertahun-tahun,” tegasnya.
Masih dijelaskan Agus, akibat lanjutan dari iritasi saluran napas yang terjadi adalah meningkatnya risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang, bisa terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang berisiko terjadinya silikosis.
Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit bisa terbakar karena abu vulkanik. “Hindari paparan debu vulkanik dan pergi jauh dari sumber abu vulkanik,” pesannya.
Agus berpesan agar masyarakat sekitar yang terpapar abu vulkanik untuk terus memproteksi diri dari bahaya, seperti menggunakan masker yang aman. Pilih masker respirator yang bisa menyaring partikel-partikel kecil agar debu tidak bisa masuk dari samping. “Masker biasa tipis sehingga tidak bisa memproteksi 100 persen. Walaupun begitu, masker tetap direkomendasikan sebagai alat pelindung diri,